Kepribadian yang Teguh

Membangun kepribadian yang teguh dan kuat adalah hal penting dalam membangun sifat atau karakter individu. Jika kepribadian iindividu-individu dalam sebuah masyarakat itu teguh dan kuat, maka masyarakatnya juga demikian. Untuk mewujudkan individu-individu yang berkepribadian teguh itu, menurut Miqdad Yalgin dalam Daur al-Tarbiyah al-Akhlaqiyyah al-Islamiyyah, dibutuhkan tiga hal:

Pertama, menyatukan diri yaitu dengan cara menyatukan berbagai keinginan. Kedua, menyatukan tujuan, dan yang ketiga, menyatukan cara.

Pentingnya menyatukan atau memusatkan diri ini dapat dilihat ketika diri dalam kondisi labil. Kondisi yang membuat seseorang tidak dapat mengenali secara pasti jalan yang ditempuhnya. Ia terombang-ambing, hidup dengan tidak kepastian. Kadang ia ke kanan, kadang ia ke kiri. Di waktu lain ia ke depan, dan kemudian ia ke belakang. Ia selalu hidup dalam konflik di antara kecenderungan dan keinginan-keinginannya yang saling berlawanan.

Untuk menyikapi hal ini, Islam telah menjelaskan dalam ajarannya bahwa berbagai keinginan dan kecenderungan ini haruslah menyatu. Dalam alquran, Allah berfirman (al-An’am:153):

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.

Islam tidak hanya menyatukan atau memusatkan ‘apa yang disembah’ namun juga menyatukan bagaimana cara menyembah. Allah swt menjelaskan bahwa barang siapa yang tidak beriman kepada Tuhan yang Satu dan menyembah tuhan-tuhan yang lain serta masih melangkah ke berbagai tujuan, maka dirinya akan terpilah-terpilah. Ia akan hidup dalam ketidakpastian. Hidupnya bagaikan seorang budak yang harus melayani tuan-tuannya yang memiliki beribu keinginan.

Allah swt telah menggambarkan hal ini dalam alquran (al-Zumar: 29)

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلًا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلًا سَلَمًا لِرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا ۚ الْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang pria (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang pria (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Demikian pula bahwa Islam juga tidak menginginkan manusia terjerumus ke dalam kesesatan, untuk itu Islam menyeru agar manusia selalu berpegang kepada “tali” Allah (Ali Imran: 103)

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,

“Tali” Allah adalah prinsip-prinsip Islam yang bersumber dari alquran dan sunnah Rasulullah saw. Prinsip-prinsip inilah yang mengikat diri manusia dengan Allah swt. Dengan “tali” Allah ini, manusia akan dapat mengarungi kehidupan ini dengan ‘lurus’ sesuai dengan kehendak Allah swt.

Allah swt telah mengarahkan kaum muslimin untuk selalu membangun prinsip-prinsip kehidupan mereka dengan ajaran-ajaran Islam. Ajaran-ajaran Islam yang terkandung dalam alquran dan sunnah Nabi ini harus dilaksanaan secara total dan sempurna, lahir dan batin. Dilaksanakan dengan sepenuh hati, tidak separuh-separuh. Islam adalah jawaban dan solusi dari berbagai masalah kehidupan, dan bukan pemikiran-pemikiran yang bersumber dari  Timur maupun Barat. Wallahu a’lam bis-shawab

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *