Ilmu adalah Jalan Menuju Surga

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ

Siapa yang menempuh jalan guna menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju ke surga.

Kenikmatan surga sangat luar biasa. Setiap muslim pasti berharap dapat masuk kedalamnya. Tuntunan mendapatkan surga ini, tergambar di dalam firman-firman Allah swt dan sabda-sabda nabi Muhammad saw.
Para sahabat, -yang bermakna orang-orang yang bertemu nabi saw, beriman kepadanya pada saat nabi saw, masih hidup dan mati dalam keadaan Islam, diberikan kemulian hidup bersama Rasulullah saw- adalah orang-orang tidak mau melewatkan begitu saja kesempatan untuk bertanya tentang amalan-amalan yang dapat memasukkan mereka ke tempat impian itu.

Saban waktu, diriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah aku masuk surga jika aku hanya sebatas melaksanakan shalat fardhu, puasa ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram? Rasulullah saw. menjawab, “ iya”.

Namun, di waktu yang lain, Rasulullah saw. juga menyampaikan sabda yang membuat para sahabat yang mendengar terkejut. Rasulullah saw. berkata, “amal tidak akan dapat memasukkan seseorang ke dalam surga”. Para sahabat bertanya, “apakah engkau juga seperti itu wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab akupun juga tidak, kecuali Allah mencurahkan rahmat dan kemurahannya padaku.

Tidak ada kontradiktif antara dua riwayat di atas.

Lalu bagaimana kita memahaminya?

Surga yang diberikan Allah kepada seorang hamba bukanlah ganti dari amal ibadahnya, karena nikmat surga yang abadi tidak sepadan dengan amalan seorang hamba yang sesaat. Oleh karena itu Allah lebih mengkedepankan rahmat-Nya. Dengan demikian, hadis itu tidaklah mesti dipahami bahwa manusia tidak perlu beramal, karena amal itu justru adalah jalan mendapatkan rahmat Allah swt. dan menentukan derajat manusia di dalam surga.

Kabar baiknya adalah, jalan menunju surga begitu mudah bagi orang yang berilmu. Mengapa demikian?

Seperti permisalan dua orang yang melakukan perjalanan berangkat dari tempat yang sama, tujuan yang sama, dan waktu yang sama, akan tetapi bisa jadi mereka akan sampai ke tempat tujuan di waktu yang berbeda. Orang yang pertama sampai ke tempat tujuan terlebih dahulu, karena sebelum berangkat ia sudah mempelajari jalan-jalan yang dapat ditempuh untuk menghindari kemacetan di jalan raya. Adapun orang yang kedua hanya mengikuti jalan raya saja tanpa mengetahui jalan lain sehingga terjebaklah ia pada kemacetan.

Begitulah dengan penuntut ilmu. Jalan menunju surga dimudahkan Allah baginya dibandingkan hamba-hamba yang lain. Itu karena ia belajar sehingga mengatahui amalan-amalan yang dicintai Allah swt, yang dapat dilakukan dan mengetahui amalan-amalan yang dibenci Allah agar dapat ditinggalkan. Adapun orang yang tidak menimba ilmu, ia tidak mengetahui itu semua, sehingga ia hanya beramal dengan amalan biasa atau melakukan pekerjaan yang tidak disukai Allah karena ketidaktahuannya.

Keterangan Perawi Hadis

1. Imam Abu Dawud dalam Sunan Abi Dawud, kitab al-‘Ilmu, bab al-Hatstsu ‘ala Thalab al-‘Ilmi, hadis nomor 3641
2. Imam at-Tirmidzi dalam Sunan at-Tirmdzi, bab Fadhl Thalab al’Ilmi, hadis nomor 2646. Hadis hasan.
3. Ibnu Majah dalam Sunan Ibni Majah, Muqaddimah al-Kitab, bab Fadhl al-‘Ulama’ wa al-Hatstsu ‘Ala Thalab al’Ilmi, hadis nomor 223
4. Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad, Musnad al-Muktsirin Min ash-Shahabah, Musnad Abi Hurairah, hadis nomor 8316
5. Imam ad-Darami dalam Sunan ad-Darimi, Muqaddimah, bab Fi Fadhl al-‘Ilmi wa al-‘Alim, hadis nomor 354

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *